Senin, 09 Juli 2012

Gajah Mungkur Water Boom

GAJAH MUNGKUR WATERBOOM WONOGIRI

      
      Satu lagi wahana rekreasi dan permainan air yang berada di komplek obyek wisata Sendang Asri Waduk Gajah Mungkur yang sangat ideal sebagai tempat liburan keluarga. Waterboom ini sudah memiliki berbagai sarana permainan air lengkap, mulai dari kolam ember tumpah untuk anak-anak, kolam seluncur anak, tempat pemancingan, dan gazebo untuk menikmati suasana kemeriahan.
     Selain itu, dilengkapi sarana penunjang lainnya berupa sewa ban, pakaian renang, playground, butik, merchandise shop, dan oleh-oleh khas Wonogiri.
Fasilitas umum yang ditujukan bagi pengunjung antara lain mushola, restoran, kamar bilas, kamar ganti, toilet bersih dan nyaman, bahkan panggung terbuka untuk berbagai event keluarga.
     Dengan harga tiket yang terjangkau, Waterboom Gajah Mungkur Wonogiri pantas menjadi lokasi liburan favorit sekeluarga.

Sabtu, 07 Maret 2009

Selayang pandang tempat wisata Wonogiri

Museum Karst di Desa Gebangharjo Pracimantoro



Landasan Luncur Gantole dan Paralayang



Keindahan Pantai Nampu Paranggupito




Suasana Objek Wisata Sendang Asri Wonogiri







Objek Wisata Wonogiri

Kabupaten Wonogiri kaya akan potensi obyek wisata alam, mulai dari panorama alam pantai yang sangat indah, kawasan hutan lindung yang sejuk dan menyegarkan, pemandangan indah Waduk Serba Guna Gajahmungkur Wonogiri, hingga goa-goa kawasan karst yang membentang luas di wilayah Wonogiri bagian barat hingga selatan.

Berbagai tempat potensial untuk wisata ini belum semuanya dikelola secara maksimal. Dibutuhkan sebuah kerjasama yang baik, sinergis dan berkelanjutan dari semua pihak agar potensi ini berkembang menjadi obyek wisata andalan.

Berikut adalah beberapa Obyek Wisata andalan yang ada di Kabupaten Wonogiri :

1) Obyek Wisata Sendang Asri Waduk Gajah Mungkur Wonogiri

Terletak di sebelah selatan Kota Wonogiri dengan jarak tempuh hanya 7 km, tempat wisata ini menyajikan perpaduan wisata alam, permainan anak, dan aneka pagelaran budaya dengan dukungan fasilitas yang terbilang cukup lengkap.

Akses jalan dan sarana transportasi yang mendukung obyek wisata ini sangat mudah dan murah. Hanya dengan waktu tempuh sekitar 15 menit dari Kota Wonogiri para pengunjung dapat langsung sampai ke tempat wisata ini.

Fasilitas yang disediakan antara lain taman satwa langka, naik gajah jinak, kolam renang, arena mainan anak, kereta kelinci, tempat ibadah, toilet, tempat parkir, perahu boat, sepeda air, sarana olahraga paralayang, panggung hiburan dan wisata kuliner berupa rumah makan terapung yang menyediakan menu masakan khas nila bakar.

Bagi para pengunjung dari luar daerah di sekitar obyek wisata sudah banyak didirikan hotel dan tempat penginapan yang nyaman dengan tarif yang murah.

2) Pantai Sembukan

Pantai Sembukan terletak di Kecamatan Paranggupito dengan jarak tempuh dari Kota Wonogiri sekitar 60 Km atau 2 jam perjalanan. Akses jalan menuju tempat wisata ini sangat baik dan mulus.Pantai Sembukan merupakan obyek wisata ritual yang dilengkapi dengan sarana ibadah antara lain masjid, paseban, dan sanggar.

Berbagai event budaya digelar untuk menambah daya tarik pengunjung antara lain adalah labuhan ageng Pantai Sembukan. Kelebihan dari Pantai Sembukan terletak pada panorama alam pantai yang sangat indah dengan dinding batu karang terjal dan hamparan bukit-bukit kars.

3) Arena Papan Luncur Olahraga Gantole

Di bukit Desa Sendang terdapat arena peluncuran bagi olahraga gantole dan paralayang. Tempatnya sangat nyaman dan cocok mengingat letaknya mudah dijangkau kendaraan roda empat dan tempat pendaratan yang luas sangat jelas dari tempat peluncuran.

Papan luncur ini merupakan salah satu tempat favorit bagi para pecinta olahraga gantole dan para layang di Jawa Tengah. Berbagai event kejuaraan tingkat daerah, nasional dan internasional pernah diadakan di tempat ini. Terdapat dua tingkat ketinggian yaitu 200 meter dan 400 meter sehingga memberikan pilihan bagi atlit gantole untuk melakukan aksinya.

4) Wisata Spiritual Kahyangan

Wisata Spiritual Kahyangan terletak di tenggara Kota Wonogiri tepatnya di Desa Dlepih Kecamatan Tirtomoyo dengan jarak 50 Km. Akses jalan menuju ke tempat ini sangat baik dan mudah. Kahyangan konon merupakan tempat petilasan Raja Mataram dalam melakukan tirakat atau meditasi. Di tempat inilah Danag Suto Wijoyo mendapatkan wahyu dan mengadakan perjanjian dengan Ratu Kidul untuk bersama-sama membangun kerajaan di tanah Jawa.

Suasana di obyek wisata ini memang terasa sakral dengan gemericik air sungai yang mengalir. Di tempat inilah para pengunjung melakukan meditasi atau sekedar beristirahat sambil merenung dan melepaskan kepenatan rutinitas yang sangat membosankan. Kahyangan juga dilengkapi dengan sarana ibadah, toilet dan tempat pembelian aneka souvenir berupan benda-benda bertuah dari kayu, batu mulia, dan benda bertuah lainnya.

5) Sendang Siwani

Obyek Wisata Sendang Siwani berada di Desa Singodutan Kecamatan Selogiri atau terletak di sebelah utara Kota Wonogiri dengan jarak sekitar 6 Km dan dapat ditempuh dalam waktu 15 menit. Sendang Siwani merupakan obyek wisata budaya tempat petilasan KGPAA Mangkunegoro I dalam melakukan perang gerilya melawan penjajah Belanda.

Konon di sendang inilah Pangeran Sambernyawa atau Mangkunegoro I mendapatkan wahyu setelah melakukan tirakat kepada Tuhan Sang Pencipta. Dan sampai sekarang kebanyakan pengunjung yang datang ke Sendang Siwani untuk melakukan meditasi atau tirakat agar tercapai keinginanannya.


6) Obyek Wisata Setren Girimanik

Obyek Wisata Setren Girimanik terletak di Kecamatan Slogohimo dengan jarak sekitar 40 Km dari Kota Wonogiri. Akses jalan menuju tempat wisata ini sangat mudah dan lancar dengan dukungan sarana angkutan umum yang memadai. Obyek Wisata Setren Girimanik merupakan tempat wisata alam dengan suasana sejuk dan didukung panorama alam pegunungan yang indah. Selain pemandangan pepohonan hutan yang hijau dan lebat, Obyek Wisata Setren Girimanik juga terdapat air terjun yaitu Air Terjun Tinjo Moyo, Manik Moyo dan Condro Moyo.

Tidak hanya itu, tempat wisata ini juga terdapat tempat petilasan Raden Mas Said yang dikenal dengan sebutan Batu Besi. Tempat petilasan yang lain adalah Sendang Drajat konon merupakan tempat pemandian Raden Mas Said, Sendang Nglambreh yang konon dipercaya berkhasiat agar kelihatan lebih cantik dan awet muda bagi siapa saja yang mencuci muka di Sendang ini. Dan yang terakhir adalah Pertapaan Girimanik. Tempat yang sakral ini merupakan sebuah bukit yang digunakan untuk bertapa Raden Mas Said. Sampai sekarang tempat ini masih sering digunakan oleh banyak kalangan untuk melakukan meditasi.

7) Goa Putri Kencono

Goa Putri Kencono terletak di Desa Wonodadi Kecamatan Pracimantoro atau berjarak 40 Km dari Kota Wonogiri. Tempat ini memiliki kelebihan berupa keindahan stalagtit dan stalagmit. Saran pendukung antara lain tempat parkir, sarana ibadah dan toilet.

Dengan tiket masuk yang murah para pengunjung dapat menyaksikan keindahan panorama khas Goa Putri Kencono yang mempunyai luas kurang lebih 1.000 m2.

8) Pantai Nampu

Pantai Nampu terletak di Desa Gunturharjo Kecamatan Paranggupito yang berjarak kurang lebih 60 Km dari Kota Wonogiri. Tempat wisata ini memiliki kelebihan berupa panorama alam pantai dengan hamparan pasir putih membentang serta ombak yang cukup besar. Pantai Nampu sangat cocok untuk para pengunjung yang ingin menyaksikan keindahan laut dan sangat potensial bagi olahraga air seperti selancar.

9) Goa Maria

Goa Maria terletak di Dusun Ngampohan Kecamatan Giriwoyo dengan jarak tempuh dari Kota Wonogiri sekitar 50 Km. Goa Maria merupakan obyek wisata spiritual bagi umat Kristiani yang ingin melakukan perenungan diri dan berdoa agar dapat terkabul apa yang diinginkan.

Disamping Goa ini terdapat sebuah sendang yang konon dipercaya mempunyai berbagai khasiat. Pada hari-hari tertentu banyak umat Kristen yang datang tidak hanya dari daerah Wonogiri, tetapi juga dari berbagai penjuru wilayah berkunjung untuk berdoa dan mengambil air suci.

10) Museum Wayang Indonesia

Museum Wayang Indonesia terletak di Kecamatan Wuryantoro atau sebelah barat daya Kota Wonogiri. Museum ini dibangun untuk memberikan pemahaman, pengenalan dan melestarikan seni Wayang yang adiluhur kepada masyarakat luas.

Tempat wisata ini merupakan satu diantara dua Museum serupa yang ada di Indonesia. Di Museum ini dapat dijumpai dan disaksikan bermacam bentuk dan jenis wayang mulai dari wayang kulit, wayang suket, wayang golek, topeng, dan lain sebagainya.

Museum wayang merupakan jembatan yang menghubungkan budaya adiluhung bangsa dengan generasi penerus yang memiliki apresiasi khusus terhadap wayang. Keanekaragaman jenis wayang yang ditampilkan diharapkan mampu menjadi media pembelajaran luar kelas bagi pelajar dan mahasiswa.


11) Museum Karst Dunia

Museum Karst Dunia terletak di Desa Gebangharjo Kecamatan Pracimantoro, atau 38 km arah selatan Kota Wonogiri. Museum ini dibangun dengan tujuan menyediakan informasi tentang kawasan karst kepada semua pihak untuk kepentingan ilmu pengetahuan, pendidikan, wisata yang bersifat edukatif, konservasi dan pemberdayaan masyarakat.

Kawasan karst di Kabupaten Wonogiri merupakan bagian dari kawasan karst pegunungan seribu (Gunung Sewu) yang meliputi Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Pacitan. Museum Karst dikelilingi oleh beberapa situs Goa dan Luweng antara lain Goa Tembus, Goa Sodong, Goa Potro Bunder, Luweng Sapen, Goa Gilap, Goa Mrica, Goa Sonya Ruri.



Waduk Gajah Mungkur Wonogiri

Kabupaten Wonogiri memiliki sebuah ikon yang sangat terkenal yaitu Bendungan Serbaguna Wonogiri atau dikenal sebagai Waduk Gajah Mungkur Wonogiri. Bendungan ini merupakan waduk terbesar se-Asia Tenggara yang dibangun dengan fungsi utama sebagai pengendali banjir (Flood Control) Sungai Bengawan Solo.

Waduk Gajah Mungkur dibangun dari tahun 1976 sampai dengan tahun 1981 berlokasi 7 Km arah selatan Kota Wonogiri tepat dibagian hilir pertemuan kali Keduang. Luas daerah genangan lebih dari 8.800 ha dan luas daerah yang dibebaskan 90 km2 yang terdiri dari 51 desa di 7 Kecamatan. Pengerjaan pembangunan Waduk Gajah Mungkur dilakukan secara swakelola dengan bantuan konsultan dari Nippon Koei Co, Ltd Jepang.

Pada saat pembebasan daerah genangan ini mengorbankan 12.525 kepala keluarga (KK) terdiri dari + 68.750 jiwa yang secara sukarela melakukan Program Bedhol Desa dengan bertransmigrasi ke berbagai daerah antara lain :

- Sitiung (Propinsi Sumatera Barat)

- Jujuhan, Rimbo Bujang, Alai ilir, Pemenang (Propinsi Jambi)

- Air Lais, Sebelat, Ketahun, Ipuh (Propinsi Bengkulu)

- Panggang, Baturaja (Propinsi Sumatera Selatan)

Dari segi infrastruktur banyak yang harus dilakukan penataan ulang diantaranya adalah relokasi jalan yang dahulu menghubungkan Wonogiri-Wuryantoro, Wuryantoro-Eromoko, Eromoko-Baturetno, dan Baturetno-Tirtomoyo. Panjang keseluruhan jalan yang direlokasi mencapai 43,4 Km, terdiri dari 34,4 km jalan baru dan 9 km perbaikan jalan lama. Dibangun pula jembatan baru sebanyak 16 buah dengan total panjang 786 m. Jaringan telephon yang tergenang diganti dengan jaringan baru antara Wonogiri-Semanding sepanjang 35 km dan Wonogiri-Wuryantoro sepanjang 9 km.

Kondisi secara umum Waduk Gajah Mungkur adalah sebagai berikut :

· Luas daerah tangkapan air seluas kurang lebih 1.350 km2

· Waduk Gajah Mungkur memiliki 6 (enam) Daerah Aliran Sungai / DAS seluas 1.260 km2 yaitu Sub DAS Keduang, Tirtomoyo, Temon, Bengawan Solo Hulu, Alang, Ngunggahan;

· 74 % daerah tangkapan air masuk wilayah Kabupaten Wonogiri

· Daerah pasang surut seluas kurang lebih 6.000 Ha, dan yang digunakan oleh masyarakat untuk budidaya pertanian seluas kurang lebih 804 Ha;

· Luas daerah sabuk hijau atau Green Belt kurang lebih 996 Ha;

Berbagai manfaat yang diperoleh dari Pembangunan Waduk Gajah Mungkur antara lain :

Ø Pengendalian banjir (flood control) sungai Bengawan Solo, dari 4000 m3/detik menjadi 400 m3/detik, sesuai kapasitas maksimum alur sungai di hilir bendungan;

Ø Penyediaan air irigasi untuk kurang lebih 23.600 ha di daerah Kabupaten Klaten, Sukoharjo, Karanganyar, dan Sragen.

Ø Penyediaan tenaga listrik untuk daerah Kabupaten Wonogiri dengan kapasitas maksimum 12,4 MW;

Ø Obyek pariwisata disekeliling Waduk Gajah Mungkur. Obyek wisata yang paling terkenal adalah Obyek Wisata Sendang Asri Wonogiri yang menyediakan berbagai fasilitas sarana rekreasi;

Ø Budidaya perikanan air tawar, terutama untuk budidaya Karamba Jala Apung ikan nila.

Seiring dengan perkembangan kondisi alam yang sangat dinamis, Waduk Gajah Mungkur saat ini mengalami keadaan yang sangat memprihatinkan. Umur pakai waduk direncanakan selama 100 tahun, akan tetapi berdasarkan perkembangan terakhir, umur pakai waduk diperkirakan hanya tinggal 10-15 tahun lagi.

Hal ini disebabkan oleh laju sedimentasi yang sangat tinggi terutama dari 6 Sub Daerah Aliran Sungai yang menyebabkan semakin kecilnya daya tampung air. Sub DAS Keduang merupakan penyumbang terbesar terjadinya sedimentasi yang mempercepat pendangkalan waduk. Wilayah Sub DAS Keduang sendiri cukup luas meliputi 83 Desa/ Kelurahan yang tersebar di 9 Kecamatan. Dengan semakin dangkalnya waduk dikhawatirkan tidak akan sanggup lagi menampung air penyebab banjir terutama bagi daerah hilir sungai Bengawan Solo.

Oleh karena itu, berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah untuk menyelamatkan waduk Gajah Mungkur yang juga merupakan salah satu asset bangsa. Pengorbanan masyarakat Wonogiri yang dahulu telah rela melepaskan tanah kelahiran untuk pembangunan Waduk Gajah Mungkur setidaknya dapat dijadikan suatu motivasi agar upaya penyelamatan waduk Gajah Mungkur ini dapat segera dilaksanakan.

Sejarah Kabupaten Wonogiri

SEJARAH SINGKAT KABUPATEN WONOGIRI

Sejarah terbentuknya Kabupaten Wonogiri tidak bisa terlepas dari perjalanan hidup dan perjuangan Raden Mas Said atau dikenal dengan julukan Pangeran Sambernyawa. Asal kata Wonogiri sendiri berasal dari bahasa Jawa wana (alas/hutan/sawah) dan giri (gunung/ pegunungan). Nama ini sangat tepat menggambarkan kondisi wilayah Kabupaten Wonogiri yang memang sebagian besar berupa sawah, hutan dan gunung.

Pemerintahan di Kabupaten Wonogiri awal mulanya merupakan suatu daerah basis perjuangan Raden Mas Said dalam menentang penjajahan Belanda. Raden Mas Said lahir di Kartasuro pada hari Minggu Legi, tanggal 4 Ruwah 1650 tahun Jimakir, Windu Adi Wuku Wariagung, atau bertepatan dengan tanggal Masehi 8 April 1725. Raden Mas Said merupakan putra dari Kanjeng Pangeran Aryo Mangkunegoro dan Raden Ayu Wulan yang wafat saat melahirkannya.

Memasuki usia dua tahun, Raden Mas Said harus kehilangan ayahandanya karena dibuang oleh Belanda ke Tanah Kaap (Ceylon) atau Srilanka. Hal itu karena ulah keji berupa fitnah dari Kanjeng Ratu dan Patih Danurejo. Akibatnya, Raden Mas Said mengalami masa kecil yang jauh dari selayaknya seorang bangsawan Keraton. Raden Mas Said menghabiskan masa kecil bersama anak-anak para abdi dalem lainnya, sehingga mengerti betul bagaimana kehidupan kawula alit. Hikmah dibalik itulah yang menempa Raden Mas Said menjadi seorang yang mempunyai sifat peduli terhadap sesama dan kebersamaan yang tinggi karena kedekatan beliau dengan abdi dalem yang merupakan rakyat kecil biasa.

Pada suatu saat terjadi peristiwa yang membuat Raden Mas Said resah, karena di Keraton terjadi ketidakadilan yang dilakukan oleh Raja (Paku Buwono II) yang menempatkan Raden Mas Said hanya sebagai Gandhek Anom (Manteri Anom) atau sejajar dengan Abdi Dalem Manteri. Padahal sesuai dengan derajat dan kedudukan, Raden Mas Said seharusnya menjadi Pangeran Sentana.

Melihat hal ini, Raden Mas Said ingin mengadukan ketidakadilan kepada sang Raja, akan tetapi pada saat di Keraton oleh sang Patih Kartasura ditanggapi dingin. Dan dengan tidak berkata apa-apa sang Patih memberikan sekantong emas kepada Raden Mas Said. Perilaku sang Patih ini membuat Raden Mas Said malu dan sangat marah, karena beliau ingin menuntut keadilan bukan untuk mengemis.

Raden Mas Said bersama pamannya Ki Wiradiwangsa dan Raden Sutawijaya yang mengalami nasib yang sama, mengadakan perundingan untuk membicarakan ketidakadilan yang menimpa mereka. Akhirnya Raden Mas Said memutuskan untuk keluar dari keraton dan mengadakan perlawanan terhadap Raja.

Raden Mas Said bersama pengikutnya mulai mengembara mencari suatu daerah yang aman untuk kembali menyusun kekuatan. Raden Mas Said bersama para pengikutnya tiba disuatu daerah dan mulai menggelar pertemuan-pertemuan untuk menghimpun kembali kekuatan dan mendirikan sebuah pemerintahan biarpun masih sangat sederhana. Peristiwa itu terjadi pada hari Rabu Kliwon tanggal 3 Rabiulawal (Mulud) tahun Jumakir windu Sengoro, dengan candra sengkala Angrasa Retu Ngoyag Jagad atau tahun 1666 dalam kalender Jawa. Dan dalam perhitungan kalender Masehi bertepatan dengan hari Rabu Kliwon tanggal 19 Mei 1741 M.

Daerah yang dituju Raden Mas Said waktu itu adalah Dusun Nglaroh (wilayah Kecamatan Selogiri), dan disana Raden Mas Said menggunakan sebuah batu untuk menyusun strategi melawan ketidakadilan. Batu ini dikemudian hari dikenal sebagai Watu Gilang yang merupakan tempat awal mula perjuangan Raden Mas Said dalam melawan ketidakadilan dan segala bentuk penjajahan. Bersama dengan pengikut setianya, dibentuklah pasukan inti kemudian berkembang menjadi perwira-perwira perang yang mumpuni dengan sebutan Punggowo Baku Kawandoso Joyo. Dukungan dari rakyat Nglaroh kepada perjuangan Raden Mas Said juga sangat tinggi yang disesepuhi oleh Kyai Wiradiwangsa yang diangkat sebagai Patih. Dari situlah awal mula suatu bentuk pemerintahan yang nantinya menjadi cikal bakal Kabupaten Wonogiri.

Dalam mengendalikan perjuangannya, Raden Mas Said mengeluarkan semboyan yang sudah menjadi ikrar sehidup semati yang terkenal dengan sumpah “Kawulo Gusti” atau “Pamoring Kawulo Gusti” sebagai pengikat tali batin antara pemimpin dengan rakyatnya, luluh dalam kata dan perbuatan, maju dalam derap yang serasi bagaikan keluarga besar yang sulit dicerai-beraikan musuh. Ikrar tersebut berbunyi “Tiji tibeh, Mati Siji Mati Kabeh, Mukti Siji Mukti Kabeh”. Ini adalah konsep kebersamaan antara pimpinan dan rakyat yang dipimpin maupun sesama rakyat.

Raden Mas Said juga menciptakan suatu konsep manajemen pemerintahan yang dikenal sebagai Tri Darma yaitu :

1. Mulat Sarira Hangrasa Wani, artinya berani mati dalam pertempuran karena dalam pertempuran hanya ada dua pilihan hidup atau mati. Berani bertindak menghadapi cobaan dan tantangan meski dalam kenyataan berat untuk dilaksanakan. Sebaliknya, disaat menerima anugerah baik berupa harta benda atau anugerah lain, harus diterima dengan cara yang wajar. Hangrasa Wani, mau berbagi bahagia dengan orang lain.

2. Rumangsa Melu Handarbeni, artinya merasa ikut memiliki daerahnya, tertanam dalam sanubari yang terdalam, sehingga pada akhirnya pada akhirnya akan menimbulkan perasaan rela berjuang dan bekerja untuk daerahnya. Merawat dan melestarikan kekayaan yang terkandung didalamnya.

3. Wajib Melu Hangrungkebi, artinya dengan merasa ikut memiliki timbul kesadaran untuk berjuang hingga titik darah penghabisan untuk tanah kelahirannya.

Kegigihan Raden Mas Said dalam memerangi musuh-musuhnya sudah tidak diragukan lagi, bahkan hanya dengan prajurit yang jumlahnya sedikit, tidak akan gentar melawan musuh.

Raden Mas Said merupakan panglima perang yang mumpuni, terbukti selama hidupnya sudah melakukan tidak kurang 250 kali pertempuran dengan tidak menderita kekalahan yang berarti. Dari sinilah Raden Mas Said mendapat julukan “Pangeran Sambernyawa” karena dianggap sebagai penebar maut (Penyambar Nyawa) bagi siapa saja musuhnya pada setiap pertempuran.

Berkat keuletan dan ketangguhan Raden Mas Said dalam taktik pertempuran dan bergerilya sehingga luas wilayah perjuangannya meluas meliputi Ponorogo, Madiun dan Rembang bahkan sampai daerah Yogyakarta. Pada akhirnya atas bujukan Sunan Paku Buwono III, Raden Mas Said bersedia diajak ke meja perundingan guna mengakhiri pertempuran.

Dalam perundingan yang melibatkan Sunan Paku Buwono III, Sultan Hamengkubuwono I dan pihak Kompeni Belanda, disepakati bahwa Raden Mas Said mendapat daerah kekuasaan dan diangkat sebagai Adipati Miji atau mandiri bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegoro I. Penetapan wilayah kekuasaan Raden Mas Said terjadi pada tanggal 17 Maret 1757 melalui sebuah perjanjian di daerah Salatiga. Kedudukannya sebagai Adipati Miji sejajar dengan kedudukan Sunan Paku Buwono III dan Sultan Hamengkubuwono I dengan daerah kekuasaan meliputi wilayah Keduwang (daerah Wonogiri bagian timur), Honggobayan (daerah timur laut Kota Wonogiri sampai perbatasan Jatipurno dan Jumapolo Kabupaten Karanganyar), Sembuyan (daerah sekitar Wuryantoro dan Baturetno), Matesih, dan Gunung Kidul.

KGPAA Mangkunegoro I membagi wilayah Kabupaten Wonogiri menjadi 5 (lima) daerah yang masing-masing memiliki ciri khas atau karakteristik yang digunakan sebagai metode dalam menyusun strategi kepemimpinan, yaitu :

1. Daerah Nglaroh (wilayah Wonogiri bagian utara, sekarang masuk wilayah kecamatan Selogiri). Sifat rakyat daerah ini adalah Bandol Ngrompol yang berarti kuat dari segi rohani dan jasmani, memiliki sifat bergerombol atau berkumpul. Karakteritik ini sangat positif dalam kaitannya untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Rakyat di daerah Nglaroh juga bersifat pemberani, suka berkelahi, membuat keributan akan tetapi jika bisa memanfaatkan potensi rakyat Nglaroh bisa menjadi kekuatan dasar yang kuat untuk perjuangan.

2. Daerah Sembuyan (wilayah Wonogiri bagian selatan sekarang Baturetno dan Wuryantoro), mempunyai karakter sebagai Kutuk Kalung Kendho yang berarti bersifat penurut, mudah diperintah pimpinan atau mempunyai sifat paternalistik.

3. Daerah Wiroko (wilayah sepanjang Kali Wiroko atau bagian tenggara Kabupaten Wonogiri sekarang masuk wilayah Kecamatan Tirtomoyo). Masyarakat didaerah ini mempunyai karakter sebagai Kethek Saranggon, mempunyai kemiripan seperti sifat kera yang suka hidup bergerombol, sulit diatur, mudah tersinggung dan kurang memperhatikan tata krama sopan santun. Jika didekati mereka kadang kurang mau menghargai orang lain, tetapi jika dijauhi mereka akan sakit hati. Istilahnya gampang-gampang susah.

4. Daerah Keduwang (wilayah Wonogiri bagian timur) masyarakatnya mempunyai karakter sebagai Lemah Bang Gineblegan. Sifat ini bagai tanah liat yang bisa padat dan dapat dibentuk jika ditepuk-tepuk. Masyarakat daerah ini suka berfoya-foya, boros dan sulit untuk melaksanakan perintah. Akan tetapi bagi seorang pemimpin yang tahu dan paham karakter sifat dan karakteristik mereka, ibarat mampu menepuk-nepuk layaknya sifat tanah liat, maka mereka akan mudah diarahkan ke hal yang bermanfaat.

5. Daerah Honggobayan (daerah timur laut Kota Wonogiri sampai perbatasan Jatipurno dan Jumapolo Kabupaten Karanganyar) mempunyai karakter seperti Asu Galak Ora Nyathek. Karakteristik masyarakat disini diibaratkan anjing buas yang suka menggonggong akan tetapi tidak suka menggigit. Sepintas dilihat dari tutur kata dan bahasanya, masyarakat Honggobayan memang kasar dan keras menampakkan sifat sombong dan congkak serta tinggi hati, dan yang terkesan adalah sifat kasar menakutkan. Akan tetapi mereka sebenarnya baik hati, perintah pimpinan akan dikerjakan dengan penuh tanggungjawab.

Dengan memahami karakter daerah-daerah tersebut, Raden Mas Said menerapkan cara yang berbeda dalam memerintah dan mengendalikan rakyat diwilayah kekuasaannya, menggali potensi yang maksimal demi kemajuan dalam membangun wilayah tersebut. Raden Mas Said memerintah selama kurang lebih 40 tahun dan wafat pada tanggal 28 Desember 1795.

Setelah Raden Mas Said meninggal dunia, kekuasaan trah Mangkunegaran diteruskan oleh putra-putra beliau. Pada masa kekuasaan KGPAA Mangkunegara VII terjadi peristiwa penting sekitar tahun 1923 M yakni perubahan status daerah Wonogiri yang dahulu hanya berstatus Kawedanan menjadi Kabupaten. Saat itu Wedana Gunung Ngabehi Warso Adiningrat diangkat menjadi Bupati Wonogiri dengan pangkat Tumenggung Warso Adiningrat. Akibat perubahan status ini, wilayah Wonogiri pun dibagi menjadi 5 Kawedanan yaitu Kawedanan Wonogiri, Wuryantoro, Baturetno, Jatisrono dan Purwantoro.

Pada saat itu di wilayah kekuasaan Mangkunegaran dilakukan penghematan anggaran keraton dengan menghapuskan sebagian wilayah Kabupaten yaitu Kabupaten Karanganyar sehingga wilayah Mangkunegaran manjadi dua yaitu Kabupaten Mangkunegaran dan Kabupaten Wonogiri. Ini berlangsung sampai tahun 1946.

Dalam perkembangannya, rakyat Wonogiri pada masa pendudukan Jepang dan tentara sekutu, bersama-sama dengan rakyat Indonesia pada umumnya tidak bisa dilepaskan dari penderitaan dan kekejaman penjajahan. Rakyat Wonogiri bersama dengan rakyat Indonesia tergugah dan bersatu padu melawan segala bentuk penindasan yang dilakukan oleh bangsa Belanda maupun Jepang. Semangat pemuda Wonogiri yang tidak kenal menyerah dan ulet seakan telah menjadi karakter tersendiri dalam berjuang memperbaiki nasib dan taraf kehidupan.

Sejak Republik Indonesia merdeka, tanggal 17 Agustus 1945 sampai tahun 1946 di wilayah Mangkunegaran terjadi dualisme pemerintahan, yaitu Kabupaten Wonogiri masih dalam wilayah monarki Mangkunegaran dan di lain pihak menginginkan Kabupaten Wonogiri masuk dalam sistem demokrasi Republik Indonesia. Timbulah gerakan Anti Swapraja yang menginginkan Wonogiri keluar dari sistem kerajaan Mangkunegaran. Akhirnya disepakati bahwa Kabupaten Wonogiri tidak menghendaki kembalinya Swapraja Mangkunegaran.

Sejak saat itu Kabupaten Wonogiri mempunyai status seperti sekarang, dan masuk sebagai Kabupaten yang berada diwilayah Propinsi Jawa Tengah. Berikut adalah nama Bupati Wonogiri setelah masa kemerdekaan :

  1. Soetojo Hardjo Reksono (1946-1948)
  2. R. Danupranoto (1948-1950)
  3. R. Agus Miftah Danoekoesoemo (1950-1953)
  4. Yacop Danoeatmojo (1958-1959)
  5. RM Ng. Broto (1960-1966)
  6. R. SAmino (1967-1974)
  7. KRMH. Soemoharmoyo (1974-1979)
  8. Drs. Agoes Soemadi (1979-1980)
  9. R. Soediharto (1980-1985)
  10. Drs. Oemarsono (1985-1995)
  11. Drs. Tjuk Susilo (1995-2000)
  12. H. Begug Poernomosidi (2000-2010)


Kabupaten Wonogiri

1) Keadaan Alam Kabupaten Wonogiri

Ø Geografi

Kabupaten Wonogiri terletak pada 7º 32’ – 8º 15’ Lintang selatan dan Garis Bujur 110º 41’ – 111º 18’ Bujur Timur. Posisi Kabupaten Wonogiri sangat strategis karena terletak di ujung selatan Propinsi Jawa Tengah dan diapit oleh Propinsi Jawa Timur dan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Luas wilayah Kabupaten Wonogiri adalah 182.236,02 ha. Secara administratif terbagi menjadi 25 Kecamatan, 43 Kelurahan dan 251 Desa.

Kondisi alamnya sebagian besar berupa pegunungan berbatu gamping, terutama di bagian selatan, yang termasuk jajaran Pegunungan Seribu dan merupakan mata air dari Bengawan Solo. Sedangkan batas wilayah Kabupaten Wonogiri dengan daerah lainnya adalah sebagai berikut :

· Sebelah Selatan
Berbatasan dengan Kabupaten Pacitan (JawaTimur) dan Samudera Indonesia

· Sebelah Utara
Berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar (Jawa Tengah)

· Sebelah Timur
Berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Ponorogo (Jawa Timur)

· Sebelah Barat
Berbatasan dengan Daerah Istimewa Yogyakarta

Secara topografis, sebagian besar wilayah Kabupaten Wonogiri merupakan dataran rendah dengan ketinggian antara 100-300 meter di atas permukaan air laut (dpl). Sedangkan sebagian lagi merupakan dataran tinggi yaitu berada pada 500 m atau lebih dari permukaan air laut. Wilayah ini meliputi Kecamatan Jatiroto dan Karangtengah.

Fisiografi wilayah Kabupaten Wonogiri sebagian besar berupa perbukitan bergelombang. Sedangkan fisiografi dataran sangat terbatas hanya di beberapa tempat terutama pada bentuk lahan aluvial.

2) Iklim dan Curah Hujan

Kondisi iklim di Kabupaten Wonogiri termasuk tipe tropis atau memiliki dua musim, yaitu penghujan dan kemarau. Pergantian musim berlangsung sepanjang tahun dengan temperatur suhu udara rata-rata 24o –32o C.

Curah hujan di Kabupaten Wonogiri rata-rata berkisar antara 1.557-2.476 mm/ tahun dengan hari hujan antara 107-153 hari/tahun.

4. Jarak Kota Wonogiri dan Kota Sekitar :


· Kota Surakarta : 32 Km

· Kabupaten Sukoharjo : 17 Km

· Kabupaten Klaten : 67 Km

· Kabupaten Boyolali : 55 Km

· Kabupaten Sragen : 49 Km

· Kabupaten Karanganyar : 49 Km

· Kota Semarang : 133 Km

Untuk mendukung mewujudkan penerapan e-goverment dan mempermudah akses masyarakat luas akan informasi, Pemerintah Kabupaten Wonogiri telah meluncurkan website “wonogiri.go.id” yang berisi segala informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di Wonogiri.